Kamis, 14 Oktober 2010

brain-storming

Terkadang aku berpikir, apakah semua pemikiran-pemikiran masa SMA ku akan tetap menjadi prinsip-prinsip dasar hidup ku kelak?
Semua pemikiran yang katanya terlampau idealis, pemikiran anak SMA yang terlihat sempurna dan benar. Apakah aku akan tetap memakai nya sebagai acuan berpikir dan bertindak ku? Atau aku hanya akan menjadi seperti orang-orang yang sekarang pribadinya sedang aku cemooh? Manusia dewasa yang acuh dan tak peduli, manusia dewasa yang seakan lupa punya sebongkah hati di dalam dada nya, manusia dewasa yang seakan tak pernah muda.
Bisa saja kelak aku mengelak "...situasi yang membuat ku begini, sistem yang memaksa ku mengikuti arus deras" dan berakhir dengan cemoohan belakang para pemuda. Ya, seperti aku sekarang yang tidak menyukai habis-habisan sebagian tindak manusia dewasa.

Suatu sore aku melihat timeline seorang Dee Lestari, yang menceritakan sahabat nya sejak SMA, sebut saja nama nya Tri. Dia wanita muda cantik berbakat dan mempunyai jiwa yang hebat dan pemberontak, menurutku. Dee menceritakan bagaimana senangnya Tri berkeliling negara-negara, mendaki gunung Kilimanjaro sampai akan menikah di Madagascar. Umurnya tentu sudah tidak lagi belasan, tentu sudah tidak lagi dalam masa pubertas, tentu sudah tidak lagi dalam keadaan labil masa SMA. Tapi siapa dia sekarang? Tetap menjadi seorang Tri SMA, seorang yang berani, bebas dan bertanggung jawab, kata seorang teman nya.

Aku sekilas teringat akan diriku, aku seperti melihat pantulan pribadi diriku yang sekarang. Keinginan ku mendaki gunung-gunung tinggi di Jawa dan seluruh dunia, semangat ku untuk brekeliling asia, eropa, amerika dan dunia, kesungguhan ku untuk tidak ingin menjadi pegawai negri yang hanya duduk di belakang meja.
Lalu aku berpikir, apakah aku akan menjadi seperti Tri? Yang hidup dalam kebebasan nya seperti saat ia muda. Apakah aku akan tetap menjadi pribadi ku yang bebas, berani dan tidak biasa?
Terkadang aku menangis dalam sepi, memikirkan apa jadinya aku kelak, memikirkan jika aku meninggalkan semua keidealisan ini, memikirkan jika aku munafik kelak, memikirkan jika aku hanya berpasrah pada situasi kelak, memikirkan jika aku sudah tak percaya mimpi lagi.
Bukan bertambahnya angka yang aku takuti setiap bertambahnya umur ku, tapi hal itu. Terenggut nya satu demi satu keidealisan masa remaja. Mati nya pemikiran-pemikiran absurd. Hilang nya mimpi-mimpi tinggi.
Aku benar-benar akan merindukan masa-masa ini. Dimana aku dapat melakukan apa yang ingin aku lakukan, dimana aku tak harus tunduk pada sistem konyol, dimana kegelisahan selalu menghantui tiap malam karena melihat hal yang seharusnya tidak begitu,melihat sekeliling yang seharusnya berjalan harmonis.
Akankah aku tetap peduli?
Akankah aku tetap berani?
Akankah aku tetap berdiri?
Akankah aku tetap mendongakkan kepala?
Akankah aku tetap berteriak?
Akankah aku tetap gelisah?

Memang benar kata orang, "harta termahal dalam seorang pemuda adalah keidealisan nya"
Aku tak tahu apa yang akan terjadi kelak, namun yang pasti aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan jiwa muda ini. Sungguh aku tak sanggup memikirkannya lebih jauh :(

insecure,

friends