"Kecil wajar tak tahu apa apa" itu yang kamu tulis diawal percakapan kita. Tidak seperti yang lain dengan menanyakan f/m/asl?. Aku tanya apakah itu puisi, kau jawab bukan. Lalu tanpa sadar kita sudah berbicara dari buku, film, pembajakan, hingga teknologi terbaru. Tidak sedikit pun kita membicarakan nama dan asal. Sempurna. Tapi sepertinya Tuhan benar-benar menganggap ini serius, bahwa aku memang tidak butuh tahu siapa kamu. Sebaiknya aku harus berhati-hati dengan apa yang aku inginkan. Dibuatnya putus koneksi ku malam ini, hingga aku benar-benar tidak tahu siapa kamu. Bahkan apakah kamu seorang perempuan atau lelaki. Padahal aku mulai tertarik denganmu. Aku coba lagi dengan percakapan baru. Aku tulis persis seperti yang kamu tulis waktu itu, "kecil wajar tak tahu apa apa". Berharap akan bertemu dengan mu lagi diantara "32.000+ online now". Tapi setengah jam berlalu, aku hanya bertemu dengan mereka yang menanyakan f/m/asl? di awal percakapan. Bukan kamu, yang tidak peduli dengan itu semua, sama seperti aku. Mungkin aku sudah gila. Tapi aku masih tidak rela kehilangan kamu yang merebut malam ku. Oke, sepertinya aku berlebihan dengan "kehilangan" disini. Ah, setidaknya itu membenarkan kalimat mu, "kecil wajar tak tahu apa apa". Aku memang masih kecil, tak tahu apa-apa. Begini saja sudah berlebihan. Tidak tahu mana yang fakta dan maya. Bahkan percakapan tidak jelas ini menyita pikiranku.
Hei, setidaknya, ijinkan aku mengucapkan terima kasih atas percakapan malam ini. You're like the nicest stranger i've talked to tonight. Semoga kamu membaca tulisan ini agar aku tahu nama mu. Hanya nama mu, lalu kita ngobrol lagi seperti malam ini.
Senang berbicara dengan mu,
Stranger - 01.06.14